Mempunyai kulit yang lembab, glowing dan sehat pastinya idaman semua wanita. Apalagi nih, untuk aku yang bulan depan sudah mulai berusia kepala 3, merawat kulit baik itu kulit wajah maupun tubuh udah jadi prioritas utama buatku. Makin bertambahnya umur makin sering berubah juga kondisi kulit aku terutama kulit wajahku, nah kondisi kulit aku sebelum-sebelumnya tuh cukup berminyak dan rentan berjerawat. Setelah mencoba berbagai produk perawatan kulit dan beberapa treatment, sekarang kondisi kulit aku khususnya untuk jerawat lebih calm dan biasanya sih hanya hormonal aja seperti menjelang PMS atau kalau sedang banyak konsumsi junkfood dan yang pedas-pedas gitu. Tapi masalah yang sedang aku alami sekarang itu lebih ke kulit yang kering dan dehidrasi, jadi suka timbul dry patches di beberapa area dan kurangnya kelembaban di kulitku. Makanya kurang lebih 1 bulan lalu aku mencoba produk dari Pratista, apa aja sih produknya?

Dalam tulisan kali ini aku mau bahas panjang lebar tentang ketergantungan kulit wajah dengan obat perawatan dokter. Disini aku mau cerita kenapa dan kok bisa aku berniat berhenti dari krim perawatan dokter yang selama ini selalu aku pakai secara rutin hampir 2 tahun lamanya. Sebenernya kulit aku sudah berjerawat dari jaman SMA akhir sekitar kelas 3 dan waktu itu sih aku mikirnya karena pubertas, apalagi menjelang UN (Ujian Nasional) yang mungkin aja jadi pemicu Hormonal Stress Acne di wajahku. Tetapi ternyata sampai sekarang, umur aku yang menginjak 26 tahun, wajah aku belum beabs juga dari penjajajahan si jerawat ini. Akhirnya selama rentan waktu 5 tahun ke belakang, aku udah mencoba berbagai perawatan secara natural seperti pakai lemon, maskeran putih telur, irisan bawang putih yang ditumbuk malah jadi perih dan ngebakar kulitku, getah lidah buaya yang setiap malam aku pakai sebelum tidur sampai maskeran madu dan teh basi. Aku juga sempet nyoba pakai bedak Caladine berdasarkan googling sana sini, ternyata hasilnya enggak signifikan. Hampir hopeless dan jadi gak pede-lah yang membuat aku curhat ke ortu yang saat itu aku masih kuliah dan enggak punya uang banyak selain uang jajan perbulan, jadinya mereka menyarankan aku untuk ke dokter kulit.